Tolong tuliskan puisi satire bebas 6 bait
B. Indonesia
Vannss
Pertanyaan
Tolong tuliskan puisi satire bebas 6 bait
1 Jawaban
-
1. Jawaban nunung75
DI NEGERI AMPLOPOleh : (Gus Mus)Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya “malu”Samson tersipu – sipu, rambut keramatnya ditutupi topi “rapi – rapi”David coverfil dan rudini bersembunyi “rendah diri”Entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnyaAmplop – amplop di negeri amplop mengatur dengan teraturHal – hal yang tak teratur menjadi teraturHal – hal yang teratur menjadi tak teraturMemutuskan putusan yang tak putusMembatalkan putusan yang sudah putusAmplop – amplop menguasai penguasaDan mengendalikan orang – orang biasaAmplop – amplop membeberkan dan menyembunyikanMencairkan dan membekukanMengganjal dan melicinkanOrang bicara bisa bisuOrang mendengar bisa tuliOrang alim bisa nafsuOrang sakti bisa matiDi negri amplop, amplop – amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja.#Contoh Puisi Satire 2
NEGERIKUOleh : (Gus Mus)Mana ada negri sesubur negerikuSawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tehu dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi dan gedung
Prabot – prabot orang kaya di dunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku Ikan – ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautkuEmas dan perak, perhiasan mereka digali dari tambangkuAir bersih yang mereka minum bersumber dari keringatkuMana ada negri sekaya negerikuMajikan – majikan bangsaku memiliki buruh – buruh mancanegaraBrangkas – brangkas Bank ternama dimana – mana menyimpan harta – hartakuNegriku menumbuhkan konglomera dan mengikis habis kaum melaratRata – rata pemimpin negriku dan handai tolannya terkaya diduniaMana ada negri semakmur negerikuPenganggur – penganggur diberi perumahan, gaji dan pensiunan setiap bulanRakyat – rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalanRampok – rampok di beri rekomendasi, dengan kop sakti instansiMaling – maling di beri konsensiTikus dan kucing dengan asik berkorupsi#Contoh Puisi Satire 3
SEMENJAK HARI ITUOleh : (Malik Abdul)Di depanku kau menangis tersedu tak tahu maluKata-katamu membujukku penuh rayu Merengek memintaku untuk kembali Namun, aku tetap pada pendiriankuJanji busukmu begitu nyataSegala resah menyatu buatku raguMelihat kau berdua sedang bercumbuTanpa rasa bersalah kau mancampakkankuKini hari tinggal sepiMenyisakan hari penuh haruSemenjak kau dustai kisah cinta berdua Rasakan sendiri kini Air matamu tak akan pernah berarti Untuk menghapus dosa yang kau lakukan sendiriSelamat tinggal melati.#Contoh Puisi satire 4
KEPADA PARA PEMULUNG DESAKUOleh : (Malik Abdul)Desaku terpencil di sudut sungai yang sepiMasyarakat hidup pas-pasan tetapi penuh gayaSeakan tak mau kalah dengan kemajuan kotaMereka tak tahu apa itu halalMereka tak tahu apa itu haramSambil menyelam minum airSambil memulung mereka mencuriSambil mencuri mereka menariSambil menari mereka mengotori diriTiada satu pun cita-cita yang mulia diantara merekaKarena mereka tiada mengenalnyaAjaran agama pun tidak mereka anggap benarLantas siapakah yang harus berbenahPara kiyai kah?Atau mereka?#Contoh Puisi Satire 5
PENCOPET METROPOLITANOleh : (Malik Abdul)Siang hari di bandara Soekarno-HattaMentari terik menyengat kulit seorang kakek tuaDia berjalan gontai membawa tas yang penuh dengan pakaianTerlihat binar matanya menampakkan kerinduan akan kampung halamanKepada isteri, anak, dan cucu-cucunyaBahunya nampak terbungkuk menopang segala bebanBeban yang ada di dalam tasnyaJuga beban akan tanggung jawabnyaDari arah berlawanan seorang pemuda berjalan cepatSeperti terburu oleh nafsu sesaatTanpa perduli bahwa semua itu perbuatan jahatBrakk…!Tampak ia menabrak seorang kakek tuaSang kakek terjatuhTangannya yang ringkih menopang tubuhnya yang terpelantingKerumunan orang apatis hanya menyaksikanSejenak terhenti dari langkah merekaNamun seakan peristiwa itu hanyalah hal kecilDalam sekejap si pemuda itu terbangunDengan gerak cepat ia menyingkapkan dompet coklat didalam jaketNa’as…Sang kakek kehilangan segalanyaSemua kerja kerasnya lenyap dalam sekejapNampak kesedihan dari mata yang teduh ituDari kejauhan ia hanya menyaksikanSi pemuda itu berlalari sangat kencangHingga tiba di seberang jalanIa hendak melawan arah untuk terus berlariNamun sebuah buss melaju kencang hingga tiada mampu ia hindariSaatnya tibalah karma berujung mati!