mengapa fakta sejarah dapat memuat unsur subjektibitas
IPS
nurshohibi11
Pertanyaan
mengapa fakta sejarah dapat memuat unsur subjektibitas
1 Jawaban
-
1. Jawaban itairayani
SUBJEKTIVITAS SEJARAH
Subjektivitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil perasaan atau pikiran manusia. Kadang-kadang benda-benda seperti reruntuh, perkamen dan mata uang tertinggal dari masa lampau. Diluar itu fakta-fakta sejarah diperoleh dari kesaksian dan karenanya merupakan fakta arti (facts of meaning). Fakta-fakta semacam itu tidak dapat dilihat, dirasa, dikecap,didengar, atau dicium baunya. Dengan perkataan lain, fakta-fakta itu hanya terdapat didalam pikiran pengamat atau sejarawan dan karenanya dapat dikatakan “subyektif”.
Untuk dapat diperlajari secara objektif (yakni dengan maksud memperoleh pengetahuan yang tak memihak dan benar, bebas daripada reaksi pribadi seseorang), sesuatu pertama yang harus menjadi suatu obyek; ia harus mempunyai existensi yang merdeka diluar pikiran manusia. Akan tetapi kebanyakan sejarah didasarkan atas kenangan, yakni kesaksian tertulis atau lisan, karena kenangan tidak mempunyai existensi diluar pikiran manusia.
Terdapat suatu prasangka kasar terhadapat suatu prasangka kasar terhadap pengetahuan “subyektif” sebagai sesuatu yang lebuh rendah daripada pengetahuan “objektif”, itu semua karena sebagian besar kata “subyektif” telah memperoleh arti “khayalan” atau “didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pribadi”, dan karenannya “tidak benar” atau “berat sebelah”.
Kata subyektif tidak dipergunakan disini untuk merendahkan secara bagaimanapun, melainkan mengandung arti bahwa perlu diperlakukan dengan berbagai jaminan khusus terhadap kemungkinan timbulnya kekeliruan. Dalam historiografi sangat sarat dengan subjektifitas, dan sejarawan hanya bisa mengurangi, bukan menghilangkan subjektifitas tersebut.
Dan untuk mengurangi subjektivitas dalam penulisan sejarah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adapun cara untuk mengurangi atau sebisa mungkin menghindari subjektivitas diantaranya adalah sebagai berikut :
Penerapan metode sejarah yang ketat, dengan memperketat metode sejarah diharapkan dapat mengurangi ataupun menghindari sebisa mungkin terhadap subjektivitas dalam penulisan sejarah.
Terus terang tentang subjektivitasnya (contoh : aliran filsafat apa yang diantut) sehingga pembaca dapat waspada terhadap isi dari penulisan sejarah tersebut.
Dengan cara tersebut diharapkan dapat mengurangi subjektivitas sejarawan dalam penulisan sejarah. Subjektivitas dalam sejarah tersebut tidak dapat dihindarkan, karena tanpa seubjektivitas kejadian sejarah tersebut tidak akan seperti nyata. Sehingga dari sinilah kegunaan subjektivitas, yaitu sebagai pelengkap objek ataupun bukti-bukti yang telah hilang. Subjektivitas merupakan hal yang wajar dalam penulisan sejarah.